Posted by : Zulfikar Alfayed
Jumat, 03 Oktober 2014
Tag :// England Football
Apakah mereka bisa finish di zona Eropa musim ini?
Liga Inggris baru berjalan selama dua bulan, enam matchday lebih tepatnya. Masih terlalu dini untuk memprediksi klub mana yang akan menjadi juara atau klub mana yang akan terpuruk. Perjalanan masih panjang, ada 32 matchday yang harus dilewati. Namun ada sebuah fenomena menarik di EPL awal musim ini. Fenomena itu bernama Southampton.
Klub ini pada bursa transfer lalu harus mengobral beberapa pemain andalannya dan melepas manajer mereka musim lalu ke klub EPL lain. Sebut saja pemain kunci mereka musim lalu yang tampil apik semisal Rickie Lambert, Adam Lallana, Dejan Lovren, dan Luke Shaw mereka secar bersamaan pergi, belum lagi beberapa pemain lainnya. Namun saat ini klub yang berasal dari pantai selatan Inggris tersebut berada di peringkat kedua klasemen sementara. Memang terlalu dini untuk mengatakan Soton akan sukses musim ini. Dan akan sangat berlebihan jika menganggap mereka pasti berada di zona Eropa pada akhir musim.
Namun ada beberapa hal penting yang mungkin bisa membuat Southampton berada di zona Eropa akhir musim nanti. Mengutip dari EPL Index, berikut beberapa faktor yang membuat Southampton menjadi penantang serius zona Eropa musim ini:
Start yang Impresif
Pada matchday pertama EPL Southampton yang ditinggalkan banyak pemain kunci harus bertekuk lutut di Anfield. Mereka kalah 2-1 oleh anak asuh Brendan Rodgers, dan banyak yang beranggapan kekuatan Soton sudah hilang setelah ditinggal beberapa pemain kuncinya. Pekan kedua mereka juga hanya mampu imbang 0-0 saat menjamu West Bromwich di St Marry.
Namun secara berturut-turut mereka mampu menang pada empat match selanjutnya melawan West Ham, Newcastle, Swansea dan QPR. Ini merupakan start awal yang sangat baik bagi anak asuh Ronald Koeman. Saat ini mereka ada di posisi dua dibawah Chelsea berjarak hanya tiga poin dan unggul dua poin atas Manchester City. EPL baru berjalan dua bulan dan start awal yang baik bisa menjadi modal penting bagi sebuah tim untuk mengarungi musim yang panjang, dan Soton punya itu.
Ronald Koeman
Ketika para pemain kunci 'disebar' ke klub lain, sang manajer terdahulu Soton pun ikut pergi juga. Mauricio Pochettino hengkang dan digantikan oleh pelatih asal Belanda Ronald Koeman. Dan bukan pekerjaan mudah bagi mantan pemain Barcelona ini untuk menangani tim papan tengah seperti Soton.
Namun start impresif Soton musim ini bisa jadi karena ada andil sangat besar dari sang manajer. Koeman biasa menjadi pelatih di Eredivisie Belanda, dan obral pemain seperti yang dilakukan Soton musim ini tak terlalu begitu berpengaruh baginya, karena di Liga Belanda kejadian seperti ini sudah sering terjadi. Bahkan bisa dibilang beberapa klub besar Eredivisie bisa kehilangan 50% pemainnya dalam satu masa transfer. Koeman yang biasa menghadapi hal ini tak akan kaget dan tak akan kaku untuk membentuk tim dari awal lagi bersama Southampton.
Graziano Pelle
Pemain asal Italia Graziano Pelle dibawa dari Eredivisie oleh Koeman untuk berkarir di EPL. Motivasinya hanya satu, menunjukkan pada federasi Italia bahwa ia merupakan striker tajam dan pantas berseragam Gli Azzurri. Pada saat di Feyenoord Pelle menunjukkan bahwa ia bukan pemain sembarangan, musim pertamanya saat ia dipinjamkan berhasil mencetak 27 gol dari 29 penampilan, dan di musim keduanya ia tetap konsisten mencetak gol dengan 23 gol dari 28 penampilan.
Dan ketajaman luar biasanya di negeri kincir angin sepertinya mulai berbuah manis ketika awal musim ini bergulir. Enam laga EPL empat gol dan satu assist telah dibuat Pelle. Kehilangan Rickie Lambert dan cederanya Jay Rodriguez di Soton sepertinya tak berpengaruh banyak melihat performa Pelle yang menawan di awal musim.
Pelle yang cepat beradaptasi dengan EPL akan bahu membahu dengan pasangan emasnya semenjak di Feyenoord Dusan Tadic untuk mengangkat nama Southampton. Jika Pelle tak berhenti mencetak gol seperti di Eredivisie, bukan tak mungkin Soton akan menjelma menjadi tim yang menakutkan musim ini.
Sialnya Tim Besar Lain
Awal musim ini kurang baik bagi para klub tradisional zona Eropa EPL (kecuali Chelsea) dan hal tersebut menjadi sebuah keuntungan sendiri untuk The Saints. Manchester United masih beradaptasi dengan pelatih dan pemain baru sehingga jarang menang. Liverpool lebih parah lagi, hilangnya Suarez membuat mereka sering kalah. Manchester City dan Arsenal juga kerap kerepotan menghadapi lawan masing-masing dan jadwal mereka sangat kurang bersahabat di awal musim. Everton dan Spurs, entah kenapa juga ikut-ikutan tidak konsisten awal musim ini.
Ketidak konsistenan para klub penghuni zona Eropa ini membuat Soton yang punya start baik bisa memanfaatkan keadaan. Apalagi jika klub diatas masih saja tidak konsisten hingga Oktober berakhir dan Soton punya performa sebaliknya, maka bukan tak mungkin klub milik Katharina Liebherr ini akan jadi penggangu para klub langganan zona Eropa di akhir musim nanti.
Memang terlalu dini mengatakan Southampton akan sukses musim ini, namun jika faktor diatas terus berlangsung baik bagi Soton maka bukan tak mungkin enam besar di akhir musim bisa menjadi milik mereka.
"The Saints will be serious Contender this season. Be careful."
Source: http://www.supersoccer.co.id/liga-inggris/mungkinkah-southampton-menjadi-penantang-serius/