Posted by : Zulfikar Alfayed Jumat, 11 Juli 2014


Klub yang selalu tampil di Liga Champions dan paling sukses di ibukota, The Gunners siap untuk tetap menjadi klub elite London beberapa tahun ke depan di bawah asuhan Wenger.
Lanskap sepakbola London berubah di luar perkiraan dalam 127 tahun terakhir, tapi ada satu yang tetap: posisi Arsenal yang tak terbantahkan sebagai raja ibukota.
Sejak permulaan yang sederhana sebagai tim pabrik amunisi yang berbasis di Woolwich hingga menjadi raksasa global, mereka terus berinovasi dengan berlandaskan pada moral dan nilai yang ditanamkan oleh Herbert Chapman pada 1930-an, sehingga menjadi klub yang tetap dan berkembang dengan kualitas tinggi.
Meski adanya keagungan dan kemegahan dekorasi seni Highbury, dilengkapi dengan ruangan-ruangan berkeramik, namun keberhasilan itu tidak terjadi sebelum Chapman terpilih pada 1925 ketika klub mulai menikmati kesuksesan di lapangan. Di bawah kendalinya, Arsenal mendominasi pertandingan pada 1930-an, dengan memenangi tujuh penghargaan besar, di mana Chapman berjasa pada tiga di antaranya, sebelum ia meninggal secara mendadak di usia 55 tahun.
Arus tetap kesuksesan itu membantu memasukkan klub ke dalam peta, tapi itu semua berkat ide-ide dan inovasi-inovasi visioner Chapman sehingga klub menuju jalan kebesaran.
Ia memastikan Highbury menjadi salah satu stadion paling ikonis dalam sepakbola dunia, dengan perhatiannya pada hal-hal detil, seperti instalasi pintu putar elektronik, sistem PA, dan tentunya yang cukup membanggakan, jam terkenal yang menempel di bagian atas selatan selama beberapa dekade.
Chapman membantu menjalin komunikasi dengan komunitas lokal dalam melobi stasiun bawah tanah Gillespie Road untuk diubah nama menjadi Arsenal (satu-satunya pemberhentian di jaringan bawah tanah yang diberi nama setelah klub sepakbola), tapi ia juga pandangan ke depan untuk memastikan nama klub menjadi begitu dikenal, bahkan mengalahkan nama London utara mereka.

Jauh sebelum dibentuk kompetisi oleh UEFA, Arsenal sudah memulai tur Eropa. Chapman berjasa terhadap terselenggaranya seri pertandingan kandang-tandang lawan tim-tim seperti Racing Club Paris.
Masa-masa perang mengurangi dominasi Arsenal di pertandingan Inggris sehingga membuat klub-klub lain bisa mengimbangi, tapi mereka tetap saja masih bersinonim dengan kesuksesan. Pada 1970, mereka menjadi hanya klub London kedua yang memenangi trofi besar Eropa, menggondol gelar Piala UEFA di hadapan lebih dari 50.000 fans yang memadati Highbury.
Mereka meneruskan kesuksesan itu satu tahun kemudian dengan menjadi hanya tim ketiga dalam sejarah sepakbola Inggris menjuarai liga dan Piala FA. Charlie George menyediakan salah satu gambar paling ikonis sepanjang masa dengan perayaan ketika mencetak gol penentu kemenangan lawan Liverpool.
Klub itu harus menunggu selama 18 tahun kemudian untuk memenangi gelar liga lainnya lagi, tapi kondisi kemenangan dengan sangat tipis membuat kesuksesan ini sangat bernilai. Mereka perlu mengalahkan Liverpool di Anfield dengan dua gol lewat aksi Michael Thomas, yang digambarkan lewat komentator legendaris, Brian Moore, "klimaks yang luar biasa di musim liga seperti ini" dengan mencetak gol penting di detik-detik pengujung kompetisi.
Kesuksesan itu adalah bagian dari koleksi trofi yang tak tertandingi oleh klub London. The Gunners sudah memenangi total 40 trofi besar -- hanya Manchester United dan Liverpool yang bisa menang lebih banyak di Inggris -- nyaris menggabung apa yang diraih Chelsea dan Tottenham, meski mereka harus menunggu sembilan tahun untuk mengakhiri puasa gelar di Wembley berkat gol penentu kemenangan dramatis Aaron Ramsey di Piala FA.
Klub milik Roman Abramovich menjadi ancaman terbesar terhadap posisi Arsenal sebagai yang terbesar di London, tapi meski Chelsea sempat menikmati periode kesuksesan, namun mereka tidak bisa mandingi Arsenal untuk konsistensi atau sebetas ukuran.
The Gunners telah memenangi 13 gelar Divisi Kesatu dan Liga Primer, dibandingkan Chelsea yang baru empat, dan rekor yang sama untuk keduanya, 11 gelar Piala FA. Arsenal mengumpulkan poin tertinggi kedua di sepakbola papan atas Inggris dan rekor yang masih berlangsung untuk periode tak tertandingi untuk waktu yang panjang di divisi tertinggi.
Di bawah kendali Arsene Wenger, klub bersaing di liga musim 2003/04 yang tak terkalahkan dengan berisi sejumlah pemain bagus seperti, Thierry Henry, Patrick Vieira, dan Dennis Bergkamp, yang pernah ada dalam sepakbola Inggris.
Arsenal masih tetap bermain di Liga Champions dan lolos di kompetisi ini dengan rekor 17 musim secara berturut-turut, meski mereka sempat terkendala keuangan sehingga harus pindah ke Emirates Stadium yang berkapasitas 60.000 -- stadion klub terbesar kedua di Inggris.
Untuk mencapai kekuatan Arsenal dan untuk seterusnya, pada dua tahun pertama mereka kembali ke kompetisi elite Eropa, klub memutuskan untuk memainkan pertandingan-pertandingan mereka di Wembley Stadium yang berkapasitas 90.000 penonton yang ingin menyaksikan tim kesayangan bermain seperti Barcelona dan Dynamo Kiev. Situasi sebaliknya ketika Chelsea secara reguler harus berjuang untuk bisa memenuhi stadion Stamford Bridge di pertandingan-pertandingan Liga Champions.
Capaian global Arsenal meningkat secara signifikan sebagai hasil dari terusnya mereka tampil di Liga Champions dan komitmen untuk bermain cepat, sepakbola mengalir bebas di bawah asuhan Wenger. Mereka satu-satunya klub Liga Primer yang punya lebih dari empat juta pengikut di Twitter dan 25 juta like di Facebook.
Di rumah sendiri, 250.000 fans menyambut kepahlawanan Arsenal usai menjuarai Piala FA dengan melapisi jalan-jalan di Islington, sebagai pertanda bahwa jantung klub besar ini masih ada.


Source: http://www.goal.com/id-ID/news/1108/sepakbola-inggris/2014/07/09/4946491/mengapa-arsenal-masih-menjadi-klub-london-terbesar?ICID=TP_NL_9

Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

Popular Post

About Me

- Copyright © 2013 The Gunners -Sao v2- Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -