Posted by : Zulfikar Alfayed
Minggu, 25 Agustus 2013
Masalah yang tak kunjung berhenti membuat tim Italia cenderung jago kandang
Juventus yang merupakan juara dua musim terakhir mendapatkan kekuatan baru dengan kedatangan Carlos Tevez dari Manchester City. Bahkan, sang pemain sudah mengeluarkan sinyal bahaya bagi para calon lawannya kala berhasil membawa Juve menggilas Lazio pada pertandingan Supercoppa Italiana. Di pertandingan tersebut juga terlihat bahwa musuh persepakbolaan Italia masih ada dengan terdengarnya chant bernada rasis dari tribun penonton dan absennya kapten Lazio, Stefano Mauri akibat pengaturan skor.
Selain kedua masalah tersebut, masih ada masalah stadion, finansial dan hooliganisme yang membuat Serie A kehilangan prestisenya dengan para pemain bintang lebih memilih Spanyol, Inggris dan yang baru-baru ini Jerman dan Perancis sebagai tujuan transfer mereka. Antonio Conte bahkan mengatakan bahwa akan membutuhkan waktu bertahun-tahun lagi untuk tim Serie A bisa menjuarai Liga Champions.
Tetapi, musim panas ini seakan menunjukkan bahwa Serie A belum habis. Kedatangan pemain seperti Gonzalo Higuain, Carlos Tevez dan Mario Gomez ke Italia seakan menjadi angin segar bagi kompetisi tersebut. Sebelumnya, Mario Balotelli juga memilih untuk pulang kampung dan bermain di negara tempat ia lahir. Namun, tim tim di Italia juga menunjukkan bahwa aktivitas transfer mereka terhalang oleh permasalahan finansial. Contohnya Napoli. Tim ini baru bisa mendatangkan pemain seperti Higuain, Mertens dan Albiol hanya setelah mereka menjual penyerang andalannya, Edinson Cavani, dengan banderol selangit.
Juventus, Napoli, AC Milan dan Internazionale akan menjadi tim-tim yang akan bertarung untuk memperebutkan scudetto. Juventus dan AC Milan tidak melakukan perubahan pada timnya dan cenderung masih akan kuat seperti musim lalu. Sementara itu bagi Napoli dan Inter, ini akan menjadi ujian bagi pelatih baru mereka, Rafa Benitez dan Walter Mazzarri dalam menyusun strategi dan menjadikan tim yang mereka latih memiliki peluang mengalahkan dominasi Juventus.
Di balik serunya persaingan di dalam lapangan nanti, masalah di luar lapangan seperti tak pernah berhenti mendatangi persepakbolaan Italia. Pada saat pertandingan Supercoppa, fans Lazio meneriakkan chant berbau rasis pada pemain kulit hitam Bianconeri. Lazio pun dituntut untuk menutup Curva Nord, tempat fans garis keras mereka biasanya berada. Bahkan, kejadian seperti ini juga terjadi di tingkat amatir. Seorang pemain klub Matera diberi sanksi 10 pertandingan setelah mengeluarkan hinaan berbau rasis pada lawannya di pertandingan Coppa Italia pada bulan Juli lalu.
Selain masalah rasis, pengaturan skor juga kali ini kembali merebak. Bahkan tak hanya Serie A, beberapa pertandingan divisi di bawahnya bahkan Coppa Italia pun turut menjadi lahan bagi para mafia sepakbola untuk mencari uang. Pemain terkenal yang terkena imbasnya adalah Stefano Mauri. Kapten Lazio ini terbukti terlibat dalam pengaturan skor pada 2011 dan diberi hukuman tidak boleh bermain selama enam bulan. Selain Mauri, kiper Torino asal Belgia, Jean Francois Gillet juga menerima hukuman selama tiga tahun tujuh bulan terhitung bulan Juli atas keterlibatannya di pengaturan skor pada tahun 2008 dan 2009.
Bagaimana dengan musim ini?