Posted by : Zulfikar Alfayed
Rabu, 03 April 2013
Tag :// Champions League
Inilah pemain-pemain berstatus bintang yang mungkin tak akan pernah mengangkat trofi Liga Champions seumur hidupnya.
Liga Champions tak diragukan merupakan kompetisi level klub terbesar, termewah, dan paling prestisius di daratan Eropa. Bahkan ada anggapan bahwa puncak karir seorang pesepakbola yang berkiprah di Benua Biru adalah jika berhasil mengangkat ‘Si Kuping Besar’ – julukan untuk trofi Liga Champions mengacu pada tampilan fisiknya.
Kita mengenal beberapa legenda sepakbola yang pernah memenangkannya lebih dari satu kali – sebut saja Alfredo Di Stefano dan Paolo Maldini (5 kali), Clarance Seedorf (4 kali), Johan Cruijff, Gerd Muller, Roberto Carlos, hingga Raul Gonzalez (3 kali). Untuk pesepakbola di era ini, ada nama Lionel Messi beserta beberapa rekannya di Barcelona yang juga sudah pernah tiga kali merengkuhnya.
Namun, status sebagai pemain bintang tak menjamin bahwa seorang pesepakbola bisa mengangkat trofi tersebut setidaknya sekali dalam karirnya. Banyak faktor yang bisa membuat itu terjadi – keberuntungan, riwayat cedera, usia, ataupun klub tempat sang bintang bermain.
Nah, berikut kami sajikan daftar pemain bintang yang berpotensi besar untuk gagal memenangkan gelar juara Liga Champions… seumur hidupnya!.
Klaas Jan Huntelaar
Dikenal sebagai salah satu mesin pencetak gol paling berbahaya milik Belanda di era sepakbola modern, Klaas Jan Huntelaar berpotensi mengakhiri karirnya tanpa sekalipun merasakan manisnya berdiri di podium tertinggi Liga Champions.
Torehan 70 gol di dua tahun terakhir bersama Schalke hanya dengan melakoni kurang dari 100 pertandingan, merupakan gambaran nyata kualitasnya. Di level internasional, ia tengah mengejar rekor 40 gol milik Patrick Kluivert bersama De Oranje. Dan meskipun pernah memperkuat sejumlah klub dengan tradisi kuat di ajang Liga Champions, seperti Ajax, AC Milan dan Real Madrid, nyatanya The Hunter tak kunjung berhasil mengangkat ‘Si Kuping Besar’.
Pernah mencapai babak semifinal bersama Schalke di musim 2010-2011 dan kini sudah menyentuh babak 16 besar, mungkin rasa penasaran Huntelaar semakin mendekati puncaknya. Dengan usia yang sudah memasuki 29 tahun, plus menilik di klub mana ia bermain sekarang, besar kemungkinan tak akan ada gelar juara Liga Champions di CV-nya begitu ia pensiun nanti.
Robin Van Persie
Penyerang Manchester United ini terlalu lama menghabiskan waktunya di Arsenal yang ‘gersang’ – you know what i mean. Delapan tahun berada di London, talenta spesialnya hanya menghasilkan satu gelar Piala FA dan satu trofi non-kompetisi, yakni Community Shield. Itu pun didapatnya dengan kontribusi yang masih minim karena saat itu usianya belum genap 22 tahun.
Satu-satunya gelar Eropa yang pernah ia menangkan adalah Piala UEFA di tahun 2002 kala masih memperkuat Fayenoord. Di Liga Champion sendiri, ia pernah merasakan babak final bersama Arsenal di tahun 2006, namun kalah dari Barcelona dan lebih buruk lagi, ia tidak dimainkan saat itu.
Banyak orang menilai, dengan kemampuan yang dimilikinya ia semestinya sudah pernah mengangkat setidaknya satu atau dua trofi papan atas di usianya yang sudah menginjak 29 tahun. Kepindahannya ke Manchester United jelas adalah langka tepat jika trofi adalah prioritasnya – dan itu selangkah lagi terbukti di ajang Liga Primer Inggris.
Bagaimana dengan Liga Champions? peluang untuk itu mungkin belum tertutup. Namun, jika gagal meraihnya tahun ini, kecil kemungkinan untuk bisa mendapatkannya di musim-musim mendatang mengingat usia ditambah kecenderungan cedera cukup besar yang dimilikinya.
Arjen Robben
Tak diragukan sebagai salah satu pemain sayap terbaik dunia saat ini, nyatanya Arje Robben punya nasib sial di turnamen termewah di benua biru. Saat masih memperkuat Chelsea, ia dua kali tersingkir di babak semifinal dengan cara menyakitkan: adu penalti dan gol hantu.
Bersama Bayern Munchen, dua kali ia mencapai babak final dalam kurun waktu tiga musim, namun tetap tanpa gelar juara. Makin menyayat hati, finalnya musim lalu harus diakhiri dengan menyaksikan mantan klubnya Chelsea yang mengangkat trofi.
Usianya seumuran dengan rekannya di timnas Belanda, Huntelaar dan Van Persie, sudah menginjak 29 tahun. Bermasalah dengan serangkaian cedera, di tambah kenyataan bahwa posisinya di tim inti Bayern Munchen mulai tak aman, tampaknya Liga Champions bukanlah jodoh untuknya jika ia kembali gagal memenangkannya musim ini.
Zlatan Ibrahimovic
Zlatan Ibrahimovic adalah salah satu penyerang terbaik di dunia – jika tak dapat disebut yang terbaik. Ia dikenal sebagai spesialis liga mengacu pada capaiannya dari tahun 2005 hingga 2011 saat memperkuat Juventus, Inter Milan, Barcelona dan AC Milan.
Nyatanya skill olah bola yang fantastis, fisik bak raksasa dan naluri gol tingkat dewa tak cukup untuk membuatnya bisa merasakan gelar juara Liga Champions. Ia seakan akrab dengan kutukan Liga Champions, jika melihat Inter dan Barcelona justru berhasil juara setelah kepergian dirinya.
Usianya kini sudah 31 tahun dan bermain untuk klub kaya (baru), Paris Saint-Germain yang sama sekali tak punya tradisi di Liga Champions. Tak banyak lagi kesempatan baginya untuk merengkuh trofi tersebut, kecuali musim ini ada keajaiban dan PSG di luar dugaan berhasil menjungkirbalikkan prediksi kebanyakan orang.
Gianluigi Buffon
Kiper termahal di dunia ini masih terus menjadi andalan Juventus sejak kepindahannya dari Parma pada tahun 2001. Bersama Antonio Conte yang kini menjabat sebagai pelatih, ia pernah merasakan final di tahun 2003, namun gagal mengangkat ‘Si Kuping Besar’ lantaran ditaklukkan oleh AC Milan lewat drama adu penalti.
Musim ini, Si Nyonya Tua kembali merasakan atmosfir Liga Champions. Gairah memang tengah dirasakan Juventus setelah musim lalu memenangkan Scudetto Serie-A dan penampilan gemilang di Eropa sejauh ini membuat mereka termasuk salah satu tim yang paling diunggulkan untuk melangkah ke final.
Namun itu tentu bukan jaminan. Liga Champions akrab dengan tradisi dan Bianconeri bukan termasuk tim dengan syarat itu terlepas dari superioritasnya di persepakbolaan Italia. Tujuh kali mencapai final, tim asal kota Turin itu hanya dua kali menjadi yang terbaik yakni di tahun 1985 dan 1996. Suatu kecendrungan yang bisa menggagalkan Buffon merasakan satu kali saja indahnya ada di podium tertinggi turnamen paling prestisius di Eropa tersebut.
Source: http://www.supersoccer.co.id/sepakbola-internasional/pemain-bintang-tanpa-gelar-liga-champions/