Posted by : Zulfikar Alfayed
Minggu, 07 April 2013
Tag :// England Football
EPL adalah Liga Terbaik di Dunia? Di musim lalu, argumen ini masih bisa dibela saat Chelsea berhasil meraih gelar juara Liga Champions dan Manchester United dan Manchester City menyajikan drama super hebat hingga, literally, detik terakhir.
Musim ini? Jatah 4 klub untuk Liga Champions bagi liga ini pun rasanya sudah mulai layak dipertanyakan.
Tanda-tanda buruk sebenarnya sudah terlihat saat Chelsea terkapar tidak berdaya di kaki pemain-pemain Atletico Madrid (baca: Falcao) saat bertemu di Piala Super Eropa. Skor 4-1 menunjukkan seolah ada perbedaan kelas yang begitu jauh. Padahal, kita semua tahu tim mana yang menjadi juara Liga Champions di musim sebelumnya.
Tren buruk ini berlanjut di Liga Champions musim ini. Meletakkan 4 klub di fase grup, hanya 2 yang berhasil lolos. Sang juara bertahan Chelsea berhasil menciptakan rekor baru: juara bertahan UCL yang tidak lolos fase grup. Manchester City juga tidak mau kalah mencatat rekor: tim Inggris pertama di UCL yang melalui seluruh pertandingan fase grup tanpa kemenangan.
Beruntung, masih ada Manchester United dan Arsenal yang berhasil lepas dari grup masing-masih dan melanjutkan kisah mereka di babak 16 besar. Tapi dua tim ini jauh dari kata sempurna.
United memang sudah sepantasnya menjadi juara grup. Berada satu grup dengan klub-klub selevel Galatasaray, CFR Cluj, dan Braga, sedikit keterlaluan memang jika runner up EPL ini mengulang ‘prestasi’ musim lalu. Hasilnya? Robin van Persie cs meraih empat kemenangan beruntun dan sudah memastikan diri lolos semenjak matchday 4.
Tapi ini bukannya tanpa celah. Lini belakang United begitu keropos sehingga harus berulang kali rela tertinggal lebih dahulu dari rival-rivalnya. Ditambah lagi, setelah lolos Manchester Merah dua kali beruntun kalah dari Galatasaray di Turki dan Cluj di… Old Trafford.
Dengan catatan buruk mereka yang tetap kerepotan menghadapi tim-tim semacam itu, United punya waktu hingga bulan Februari untuk menambal segala kebolongan di lini belakang. Terutama jika berharap tim ini bisa melaju jauh.
Sementara Arsenal juga dianugerahi grup yang cukup ringan. Olympiakos, Montpellier, dan Schalke seharusnya bisa mereka langkahi dan lolos mulus sebagai juara grup. Seharusnya.
Yang terjadi adalah The Gunners tampil layaknya diri mereka di beberapa musim terakhir ini: rollercoaster. Meski begitu, beberapa sinar yang ditampilkan Lukas Podolski cs sudah terbukti cukup untuk meloloskan tim ini ke 16 besar.
Sayangnya, kesempatan untuk menjadi juara grup dan menghindari tim-tim semacam Barcelona dan Juventus terbuang sia-sia saat tumbang tidak perlu dari Olympiakos di matchday terakhir. Kini, para fans Arsenal harus banyak-banyak berdoa agar mendapat undian yang (sedikit) ringan di fase selanjutnya.
Tanpa konsistensi, harapan Arsenal -yang di Liga sendiri pun saat ini sedang tertatih tatih- untuk menciptakan kejutan spektakuler seperti tetangga mereka di musim lalu rasanya harus segera dilupakan.
Selanjutnya. Chelsea. Ah. Sang juara bertahan. Champions Of Europe, they say. Dan tentunya seperti sebuah momen yang tidak akan kita lupakan saat Eden Hazard mem-post tweet: “I’m signing for the Champions of Europe.” Well. Not anymore.
The Blues menjadi tim pertama dalam sejarah yang langsung terhempas dari fase grup Liga Champions setelah setahun sebelumnya berhasil meraih juara. Berada di grup yang sama dengan Juventus, Shakhtar Donetsk, dan Nordsjaelland, seharusnya satu tempat di 16 besar menjadi jaminan. Entah juara atau runner up.
Tetapi penampilan Chelsea yang sama sekali tidak konsisten akhirnya membunuh peluang mereka sendiri. Membuang keunggulan 2-0 dari Juventus dan kebobolan beberapa gol saat menghadapi Shakhtar membuat kemenangan telak 6-1 di laga penutup terasa lebih pahit dari obat manapun.
Europa League, here they come. Dan jika tidak ada perubahan yang berarti, rasanya langkah sang so-called-Champions-Of-Europe pun tidak akan terlalu panjang di turnamen ke tujuh mereka di musim ini.
Dan terakhir, Manchester City.
Oh dear. Datang dengan status juara EPL, City dilemparkan ke kandang singa dan macan sekaligus di musim kedua mereka di UCL. Berada satu grup dengan Real Madrid, Borussia Dortmund, dan Ajax Amsterdam, peluang City untuk lolos ke babak 16 besar memang sudah terancam sejak awal.
Namun rasanya tidak ada yang mengira hasil mereka akan seburuk ini. Enam laga dilalui tanpa satu kemenangan pun. Sebuah rekor yang menyedihkan dan mencoreng nama Inggris sebagai salah satu partisipan dengan peserta papan atas.
Pasukan Roberto Mancini ini mengakhiri turnamen dengan posisi juru kunci, tanpa kemenangan, dan tanpa hadiah lolos ke Europa League (seperti yang mereka dapat di musim lalu).
Argumen mengenai grup neraka boleh saja terus dikeluarkan. Tapi Ajax sendiri sebenarnya tidak seperkasa musim lalu. Terbukti Madrid bisa dua kali melesakkan empat gol ke gawang wakil Belanda ini. Dortmund-Madrid mungkin memang superior, namun hasil tanpa kemenangan City layak menjadi sebuah tanda tanya besar.
Dan menjadi sebuah anomali luar biasa saat sebuah tim yang belum pernah kalah di Liga, mencatatkan rekor tidak pernah menang saat bertarung di kompetisi Eropa. Mentalitas (dan mungkin keberuntungan saat undian) City harus benar-benar diperbaiki jika ingin mentas sekali lagi di turnamen ini pada musim mendatang.
Itulah hasil-hasil perjuangan klub EPL di fase grup UCL musim ini. Bandingkan dengan Bundesliga yang “hanya” mengirimkan tiga tim, namun ketiganya lolos sebagai juara grup. La Liga juga masih perkasa. Empat wakil mereka semuanya melaju ke 16 besar.
EPL adalah Liga Terbaik di Dunia? Meragukan.
Source: http://www.supersoccer.co.id/liga-inggris/apakah-epl-adalah-liga-terbaik-di-dunia/