Posted by : Zulfikar Alfayed
Minggu, 07 April 2013
Harapan tinggi untuk sebuah generasi emas.
Bagi anda pemerhati Liga Primer Inggris, nama-nama seperti Eden Hazard, Marouane Fellaini, Romelu Lukaku, Mousa Dembele, Vincent Kompany, Thomas Vermaelen dan Jan Vertonghen tentu tak asing terdengar. Ya, tak diragukan mereka adalah para headline maker di persepakbolaan Negeri Ratu Elizabeth. Kesamaan mereka? Yap! Belgia.
Mereka semua adalah para pilar Rode Duivels – julukan tim nasional Belgia, saat ini. Dan mengacu pada nama besar plus sepak terjang mereka di klubnya masing-masing, maka sebutan sebagai ‘Generasi Emas’ wajar saja tersemat saat mereka semua bersatu membela panji negara yang terletak di bagian Barat Benua Eropa tersebut.
Daftar itu belum seberapa. Coba simak nama-nama berikut: Daniel Van Buyten, Axel Witsel, Kevin Mirallas, Christian Benteke, Kevin De Bruyne, Simon Mignolet dan Thibaut Courtois. Semuanya berstatus pemain hebat – jika anda belum sepakat menyebut mereka sebagai pemain bintang. Dengan skuat seperti itu, sah-sah saja rasanya jika menyebut kualitas skuat tim asuhan Marc Wilmots hanya kalah dari Spanyol dan Jerman untuk level Eropa.
Tapi, itu semua di atas kertas. Mari berbicara tentang sepakbola yang kualitas sebuah tim dinilai dari performa nyata di atas lapangan hijau. Wilmots tentu tak mau nama-nama besar di timnya hanya berguna untuk menakut-nakuti lawan sebelum pertandingan, namun menjadi bukan apa-apa seusai 90 menit. Kini, pria 44 tahun itu dihadapkan pada sebuah misi besar untuk menjadikan The Golden Generation ini tak hanya sebagai kumpulan para bintang, tapi juga membanggakan dari sisi prestasi.
Gagal ambil bagian di Euro 2012 jelas bukan kabar baik bagi sebuah negara dengan segudang pemain bertalenta. Mei tahun lalu, Wilmots pun ditunjuk sebagai juru latih menggantikan Georges Leekens. Keberhasilannya membawa Hazard cs. memimpin klasemen sementara Group A Babak Kualifikasi Piala Dunia 2014, tak lantas membuat beban Wilmots berkurang. Harapan tinggi masyarakat Belgia untuk bisa melihat negaranya berbicara banyak di kancah sepakbola dunia kini bergantung padanya – dan tentunya skuatnya yang bertabur bintang.
Tiga kemenangan dan satu hasil imbang membuat Belgia untuk sementara memimpin klasemen dengan poin sepuluh – sama dengan Kroasia. Puas? Seharusnya tidak!. Melihat lawan-lawan yang mereka kalahkan: Wales, Serbia dan Skotlandia, yang di atas kertas jelas kalah kelas dari mereka, kemenangan adalah hal yang normal.
Menang susah payah plus minim determinasi atas Slovakia di uji coba terakhir, kalah dari Rumania juga di laga uji coba dan nyaris takluk dari Kroasia di pertandingan kualifikasi PD, jelas menandakan bahwa Belgia belum stabil. Di sini sentuhan seorang Wilmots diuji. Menyatukan sejumlah pemain bintang untuk bisa tampil sehati secara konsisten jelas bukanlah hal mudah. But, he has to!.
Jika bisa memaksimalkan potensi skuat yang dimilikinya dengan sebaik mungkin, memaksa pemain bintang membuang label kebintangannya dan mampu memadukan pengalaman pemain senior dengan skill para pemain muda dalam takaran yang pas, maka Wilmots akan membawa Belgia menggenggam dunia. Berlebihan? Saya rasa tidak. Tim ini punya pemain-pemain yang diinginkan semua pelatih di dunia.
Wilmots kini dihadapkan pada dua kemungkinan yang bertolak belakang. Jika mampu membawa Belgia sukses, namanya akan dikenang sebagai pelatih hebat yang berhasil mewujudkan ekspekatsi tinggi dunia tentang sebuah generasi emas. Sebaliknya, jika gagal, ia akan dikenal sebagai pelatih lainnya yang gagal menangani tim bermaterikan pemain-pemain hebat.
Piala Dunia 2014 di Brasil adalah saat yang paling tepat bagi Belgia untuk unjuk kebolehan. Fellaini, Kompany, Dembele, Vermaelen, Mignolet dan Vertonghen sedang dalam usia emas saat itu. Ditambah gairah dan semangat tinggi dari para anak muda seperti Hazard, Lukaku, Benteke, De Bruyne dan Courtois, Belgia seharusnya bisa menguasai dunia – tentunya dalam artian tak harus juara.
Tampil impresif sepanjang turnamen, lolos dari babak penyisihan dan kalah dengan terhormat di babak perempat-final ataupun semi-final jelas adalah bentuk lain ‘menguasai dunia’ bagi negara tanpa tradisi sepakbola yang kuat seperti Belgia. Dan satu yang perlu diingat, sebuah generasi emas belum tentu akan terulang kembali di masa mendatang. So, Brazil – or never!
Source: http://www.supersoccer.co.id/sepakbola-internasional/belgia-seharusnya-bisa-kuasai-dunia/