Posted by : Zulfikar Alfayed
Sabtu, 29 Juni 2013
Nama dan pemilihan nomor punggung saja sudah menjadi pertanda.
Berita mengenai kepastian digaetnya Carlos Alberto Tévez oleh Juventus membuat Manchester City kembali kehilangan penyerang mereka karena alasan menyeberang ke klub Italia. Sebelum Tévez, Mario Balotelli telah terlebih dahulu hijrah ke AC Milan pada bulan Januari.
Dengan catatan 58 gol dari 78 pertandingan yang ia lakoni untuk City, termasuk gaya bermain penuh tenaga dan sifat pekerja keras serta catatan sebagai pemain kedua tercepat dalam sejarah City yang mempu mencetak 50 gol bagi klub biru Manchester tersebut, kepergian Tévez layak untuk diratapi oleh fans setia the Citizens. Namun sepertinya hal tersebut tak akan serta merta terjadi.
Penyebabnya apa lagi kalau bukan kontroversi yang selalu mengiringi perjalanan karir sang pemain. Dari nama saja, ia sudah membawa kontroversi. Pada saat pertama kali mengenal dunia, pemain yang lahir di Ciudadela, Buenos Aires ini membawa nama Carlos Alberto Martínez. Berkenalan dengan Premier League setelah menuai sukses bersama Corinthians, ia juga tak langsung dapat beraksi di Premier League karena transfernya ke West Ham United kala itu dinilai menyalahi aturan. The Hammers harus membayar denda senilai 5,5 juta poundsterling kepada pihak FA. Asosiasi sepakbola Inggris itu bahkan mengeluarkan pernyataan “pendaftaran Carlos Tévez dapat dibatalkan oleh FA Premier League” namun ia pada akhirnya boleh bermain membela West Ham.
Membawa masalah dan membuat West Ham mengeluarkan dana esktra untuk kasus yang mengiringinya, 3 Agustus 2007 Tévez malah hijrah ke Manchester United dengan dana transfer sebesar 2 juta poundsterling saja. Di Old Trafford pun ia tak berhenti berulah. Pada 17 Mei 2008, ia menuduh United menunjukkan sikap yang tak menghargai dirinya dan karenanya ia menyatakan keinginannya untuk hengkang. Keinginan yang pada akhirnya terwujud pada 13 Juli 2009 dengan disepakatinya transfer Tévez oleh Manchester United setelah tawaran dari Manchester City datang menghampiri.
Manager barunya di City, Roberto Mancini, tak lepas dari ulah Tévez. April 2010, tepatnya pada tanggal 13, ia terang-terangan mengkritik metode kepelatihan Mancini lewat media. Aksi yang membuat Mancini mempersilakan Tévez pergi jika sang pemain memang tak merasa bahagia di City.
Memasuki bulan Desember, Tévez didera masalah keluarga yang membuatnya ingin pulang ke Argentina. Tévez toh pada akhirnya tetap bertahan di City dan mengaku bahagia walaupun ia merindukan anak-anaknya. Empat hari setelah pernyataan tersebut, Tévez melayangkan surat resmi yang berisi keinginannya untuk dijual oleh City. Surat tersebut ditolak oleh pihak klub.
Juli 2011, keinginan untuk keluar dari City kembali muncul dari Tévez. Lagi-lagi pihak klub tak menyetujui permintaan sang pemain dan Tévez terus bermain untuk City.
Akhir September 2011 juga merupakan salah satu masa paling kontroversial dalam karir Tévez. Pada tanggal 21, ia didenda karena melanggar batas kecepatan dengan kendaraan yang dimilikinya. Karena hal tersebut ia juga diharuskan menjalani enam bulan masa percobaan. Tujuh hari setelah kejadian tersebut, puncak permusuhannya dengan Mancini terjadi. Di Munich, melawan Bayern yang telah unggul atas City, Mancini mencoba memainkan Tévez untuk mengejar ketertinggalan namun sang pemain menolak perintah managernya tersebut. Sejak saat itu Mancini menyatakan bahwa Tévez tak akan pernah lagi bermain untuknya.
Sementara bulan Oktober dihabiskan oleh dirinya untuk terus menyelesaikan masalah yang ditimbulkannya di pertandingan melawan Bayern, pada bulan November ia pulang ke Argentina tanpa seizin City, meninggalkan urusannya yang belum selesai begitu saja. City berhenti melaksanakan kewajiban mereka untuk membayar gaji Tévez karena aksi indisipliner ini. Desember tanggal 22, pemotongan gaji enam pekan kembali dijatuhkan kepadanya.
Februari tahun 2012, tepatnya tanggal 13, ia berkata kepada media Argentina bahwa Manchester City memperlakukannya seperti anjing. Sehari setelahnya ia kembali ke Manchester dan sepekan kemudian ia meminta maaf atas semua kesalahan yang ia lakukan kepada City termasuk sikap indisiplinernya. Maret tanggal 21 ia akhirnya kembali bermain untuk City di bawah perintah manager yang pernah bersumpah untuk tak lagi bekerja sama dengannya; Mancini.
Pada saat perayaan juara City tanggal 15 Mei, dua hari setelah ia dan City memastikan gelar juara Premier League dengan sangat dramatis di pekan terakhir melawan Quuens Park Rangers, ia memicu masalah dengan menunjukkan papan bertuliskan “RIP Fergie”. Karenanya, Manchester City meminta maaf kepada pihak Manchester United.
Tahun 2013 pun tak dilewati Tévez tanpa kontroversi. Sementara masa percobaannya masih berlaku, ia sudah mengendarai mobil sport yang dimilikinya di jalan raya dan kembali berurusan dengan kepolisian setempat karena aksinya yang melanggar aturan tersebut. Hukuman 250 jam kerja sosial, larangan mengemudi selama enam bulan, dan denda sebesar 1145 poundsterling dijatuhkan kepada Tévez.
Cerita kontroversi Tévez berakhir dengan kepindahannya ke Turin, namun dengan didapatkannya nomor keramat 10 di Juventus sementara di sana masih bercokol lebih dari satu nama yang dirasa pantas mengenakan angka tersebut di seragam mereka, rasanya tinggal menunggu waktu saja sampai masalah baru menghampiri Tévez.