Posted by : Zulfikar Alfayed
Kamis, 25 April 2013
Tag :// Champions League
Sepakbola memang sulit untuk dijelaskan dengan nalar sehat. Segala kemungkinan, apapun, bahkan untuk dijelaskan dengan kata-kata sekalipun, bisa terbentang. Madrid dan Barcelona, dua raksasa Spanyol – yang menurut Jose Mourinho di tempat di liga mana pun akan menjadi penguasa, lumpuh dalam leg-1. Lumpuh dengan skor telak!
Mou tercengang. Dia, yang tadinya meminta Jurgen Kloop untuk ‘diam’ saat psy-war sebelum semifinal– dan Kloop memenuhinya dengan diam, akhirnya didiamkan Borussia Dortmund lewat totalitas yang hebat.
Robert Lewandowski menjadi hantu menakutkan dengan empat gol yang diborongnya. Sekaligus dan seolah juga membuat gol satu-satunya Madrid via Cristiano Ronaldo tidak berarti. Tapi sesungguhnya Dortmund sangat-sangat kolektif, focus, total dan habis-habisan.
Lihat gol kedua, ketiga dan keempat Lewandowski yang terjadi hanya dalam interval 16 menit, membombardir gawang Diego Lopez— penjaga gawang yang tetap saja dimainkan full-time dan Iker Casillas masih saja (di)manyun(kan) Mou di bangku cadangan.
Lihat juga deretan gol-gol Bayern Munich, rata-rata dalam interval 20 menit untuk meruntuhkan tiki-taka Barcelona. Gol-gol yang impresif dari Muller, Gomez dan Robben. Gol-gol yang menyentak bahwa efektivitas bermain bisa menjadi sangat solid.
Juup Heynckess, harus diakui, memang hebat. Kursinya yang dipastikan akan diganti Pep Guardiola musim depan, tak pernah tergerus konsentrasinya. Gelar Bundesliga sudah, treble winners di depan mata dan salah satunya adalah Liga Champions—meski mereka harus berhadapan dengan tim yang mentereng lima tahun terakhir: Barcelona.
Ini pula, mungkin, yang membedakan Heynckess dengan Mou – jika harus dibandingkan. Itu ketika Mou yang santer akan “diakhiri” Madrid tidak mencerminkan komposisi starter terbaik dan, konon, lebih memilih ‘kata hatinya’—termasuk dengan terus menerus membangku-cadangkan Iker Casilllas.
Dua leg-1 semifinal, keduanya dimainkan di tanah Jerman, telah dimenangkan tim-tim Jerman. Sekali lagi, Bayern Munich vs Barcelona 4-0; Borussia Dortmund vs Real Madrid 4-1. Sekali lagi, ini hasil yang menyodorkan mimpi buruk buat orang-orang Spanyol, para pendukung dan pengagum Madrid serta Barcelona.
Tapi, juga, dunia belum kiamat buat Madrid dan Barcelona. Masih ada leg-2. Masih ada peluang untuk memunculkan El-Clasico di Wembley 25 Mei depan. Masih ada kesempatan untuk melahirkan All-Spanish Final. Masih ada kesempatan, terutama buat Madrid yang kini sedang membidik La Decima, gelar ke-10 mereka di pentas Liga Champions.
Ya, masih ada kemungkinan. Asa masih ada, meski terasa masygul kalau pertanyaan ini dimunculkan: berapa persen sisa peluang Madrid dan Barca?
Dalam skala sempit dengan berkaca pada kisah sukses dan fenomenal dua tim Jerman ini, Munich dan Dortmund, harmonisasi boleh jadi adalah temuan berikut dalam pencapaian prestasi di era industry sepakbola modern.
Harmonisasi yang melahirkan kolegialitas hebat. Bukan individu-individu yang masing-masingnya berlabel mega-bintang tapi tidak kontributif untuk sebuah kolegialitas tim.
Dortmund dan juga Munich sudah memberi bukti.
Source: http://www.supersoccer.co.id/sepakbola-internasional/mimpi-buruk-spanyol/