Posted by : Zulfikar Alfayed
Senin, 08 April 2013
Tag :// England Football
Roberto Mancini masih punya peluang menutup musim dengan senyuman, syaratnya: kalahkan Manchester United di Old Trafford dan juarai FA Cup!.
Derby Manchester akan tersaji lagi, Selasa (09/04) dini hari WIB. Meski persaingan kedua tim tak seketat musim lalu – menilik selisih poin keduanya di klasemen sementara Premier League – namun faktor gengsi dan rivalitas derby menjamin tensi pertandingan akan tetap tinggi.
Tak hanya itu, kisah antara Sir Alex Ferguson dan Roberto Mancini juga menjadi magnet lain The Manchester Derby. Meski baru sekitar tiga tahun ‘menjalin’ rivalitas, nyatanya kedua pelatih tersebut memang paling layak disebut rival untuk saat ini.
Kalau dulu Ferguson punya kisah rivalitas sengit dengan Arsene Wenger (Arsenal) dan Rafael Benitez (Liverpool), maka untuk saat ini Mancini-lah yang paling layak disebut lawan dari sang juru latih asal Skotlandia itu. Keberhasilan pria Italia membawa City merebut tahta juara Premier League musim lalu kian menegaskan anggapan tersebut.
Sejak awal kedatangannya, tanda-tanda bahwa Mancini akan menghadirkan ancaman bagi kedigdayaan Ferguson di ranah sepakbola Inggris, sudah terlihat. 19 Januari 2010 – tepat sebulan Mancini menangani City – ia langsung memenangkan derby Manchester perdananya. Pada laga leg pertama babak semi final Carling Cup itu, City menaklukkan United 2-1 di City of Manchester Stadium.
Pada musim keduanya, Mancini membawa City finish di tempat ketiga di Premier League, setelah menempati peringkat kelima di musim sebelumnya. Di ajang FA Cup capaiannya lebih hebat, yakni menjadi juara. Lebih spesial lagi, sebelum mencapai final, Mancini membawa City menundukkan sang tetangga di babak semi final. Sejak saat itu rivalitas Ferguson-Mancini mulai mengemuka.
7 Agustus 2011, keduanya bertemu lagi di Community Shield. Kali ini, Ferguson bersama armada Setah Merah-nya berhasil membalas dendam dengan kemenangan tipis 3-2 – sekaligus menunda Mancini mendapatkan trofi keduanya bersama The Citizens.
Awal musim 2011-12, tepatnya pada 23 Oktober 2011, bisa jadi adalah hari yang tak akan bisa dilupakan oleh Ferguson. Bermain di Old Trafford – entah apa yang terjadi pada United saat itu – mereka dihancurkan oleh sang tetangga dengan skor tak wajar, 6-1!.
Sempat membalas di ajang FA Cup dengan kemenangan tipis 3-2 pada Januari 2012, toh United takluk lagi di liga dengan skor 1-0 pada bulan April. Lebih menyesakkan, di detik-detik akhir musim itu, City berhasil menjuarai Premier League dengan hanya unggul selisih gol!. Benar-benar musim yang menyakitkan bagi Ferguson dan United – terlebih, mereka sudah sempat berfikir bahwa mereka-lah juaranya selama tak lebih dari semenit. Tragis!.
“Ini adalah penutup sempurna dari musim yang gila. Kami mendominasi musim ini selama 28 pertandingan, dan kami mengalahkan tim seperti United sebanyak dua kali dalam satu musim, kami pantas mendapatkan gelar ini,” ucap Mancini usai laga kontra QPR yang legendaris itu.
Meski tampak begitu kecewa, Ferguson adalah Ferguson – ia menyelipkan sedikit unsur psy-war dalamstatement-nya usai musim itu berakhir.
“Kami tidak harus khawatir dengan hal tersebut. Saya pikir kami punya sejarah yang kaya, lebih baik dibanding siapapun dan akan butuh satu abad buat mereka berada di level seperti kami. Lagipula, kami bagus saat ada tantangan. Kami akan bangkit dari kegagalan ini,” kata Ferguson saat itu, seakan menyalakan api rivalitasnya dengan Mancini dan Manchester City-nya.
Trofi ketiga Mancini bagi City hadir pada 12 Agustus 2012 usai mengalahkan Chelsea 3-2 di laga Community Shield. Dengan tiga trofi dalam waktu hanya dua tahun, Mancini benar-benar menegaskan bahwa dirinya bukanlah pelatih sembarangan. Jika dibandingkan, bahkan seorang Ferguson-pun harus menunggu tiga tahun untuk bisa meraih trofi perdananya bersama United.
Di musim 2012-13 ini, rivalitas dua manajer beda generasi berlanjut. Pada pertemuan pertama di Etihad, Ferguson mengungguli Mancini – 9 Desember 2012, United taklukkan City dengan skor 3-2. Kini, menjelang berakhirnya musim, City tertinggal 15 poin dari sang tetangga dengan hanya delapan laga tersisa.
Meski bisa dibilang United hanya tinggal menunggu waktu untuk memastikan gelar, namun derby tetaplah derby. Begitupula dengan rivalitas kedua pelatih – walau bagaimanapun pertemuan Ferguson dengan Mancini akan selalu menarik untuk disimak.
Meskipun peluang untuk mengejar United tipis, namun, sebuah kemenangan di Old Trafford rasanya sudah cukup untuk jadi lebih dari sekedar hiburan bagi The Blues. Dan jika Mancini bisa membawa City memenangkan FA Cup musim ini – di mana United sudah tersingkir – maka tak akan ada kekecewaan. Ferguson satu, Mancini satu.
Misi lain Mancini mungkin sederhana: memperbaiki rekornya melawan Ferguson. Sebelum laga pada Selasa nanti, dari 11 pertemuan, Fergie menang enam kali, Mancio empat kali dan imbang sekali.
Source: http://www.supersoccer.co.id/liga-inggris/ferguson-vs-mancini-rivalitas-berlanjut/