Posted by : Zulfikar Alfayed
Selasa, 23 April 2013
Tag :// Champions League
Nuri Sahin seperti bukan siapa-siapa di Madrid. Sejak musim 2011-2012, ketika dia dijual Dortmund 10 juta Euro ke Los Galacticos, Nuri tenggelam diantara sederet bintang terang. Dia hanya beredar 128 menit saja lewat empat partai. Tidak pernah main full-time, dan dua kali sebagai pemain pengganti.
Agustus tahun lalu, Nuri di-loan Madrid ke Liverpool dengan durasi setahun. Tapi usianya bersama The Reds hanya enam bulan, tampil tujuh kali saja dan Madrid lalu meminjamkan Nuri lagi ke klub asal yang enam tahun mendidiknya, Dortmund.
Alhasil? Nuri menemukan jati dirinya. Dia eksplosif bersama Dortmund, selalu jadi pilihan penting Juergen Kloop dan punya kontribusi besar membawa Dortmund ke peringkat kedua klasemen Bundesliga, menguntit Bayern Munich. Bersama Dortmudn, Nuri sejauh ini sudah beredar 531 menit via 11 caps dengan kontribusi dua gol.
“Dia gelandang enerjik dan smart,” sebut Kloop. Setuju. Klop.
Semifinal leg-1 kontra Madrid Rabu (24/4) nanti adalah duel yang ketiga buat Dortmund. Dalam dua duel pertama – Dortmund imbang 2-2 di Madrid dan menang 2-1 di kandang, Nuri tidak ada sebab dia masih di Liverpool. Itu sebabnya, kini Nuri sudah tidak sabar. Bahasa klasik, dia ingin menjelaskan kepada Jose Mourinho: rugi jika Madrid meminjamkannya.
Dortmund memang ramai dibicarakan. Mereka jadi buah bibir.
Mereka tiba di semifinal setelah menyingkirkan Shakhtar Donetsk di 16-Besar dan lalu menang dramatis manakala Malaga mereka redam di perempat-final. Duel di semifinal kontra Madrid pun diprediksi akan heboh menyusul dua game yang sudah dimainkan di penyisihan kontra Madrid dan Dortmund tidak terkalahkan!
“Saya tau Madrid sebab pernah beberapa lama di sana. Saya pun tahu mereka menginginkan gelar Liga Champions ke-10, La Decima. Tapi kami juga menginginkannya. Ini laga hebat. Ini laga penting. Istimewa. Dan saya sudah tidak sabar,” ujar Nuri, 24 tahun, anak Turki yang lahir dan besar di Jerman itu.
Buat Nuri, laga kontra Madrid memang emosional. Juga buat Die Borussen, yang ingin menuntaskan kompetisi level tertinggi di Eropa itu dengan indah. Pahit manis sudah mereka lewati: dua kali Madrid tak berdaya. Di perempat-final, kala mereka tertinggal 1-2 dari Malaga, kala partai bersisa delapan menit, mereka membalikkan keadaan menjadi 3-2 via injury-time.
Ada euphoria heboh di Dortmund. Termasuk soal tiket di leg-1 Rabu (24/4) nanti. Di depan mereka ada Madrid (lagi). Kloop mungkin sudah berpikir soal final, atau soal All Germany final, atau bahkan soal juara—mengulang gelar musim 1996-1997 ketika Dortmund membantai Juventus 3-1 lewat dua gol Riedle dan Ricken.
Tapi yang paling penting tentu saja soal fokus bermain. Lewandowski, Bender, Schieber, Blaszczykowski, Marco reus, Felipe Santana, Piszczek dan tentu saja Nuri Sahin mesti konsentrasi penuh sebab Madrid adalah tim besar dengan reputasi besar dan Dortmund kalah gemerlap.
Status mereka juga under-dog. Tapi ini pula yang membuat mereka tampil begitu lepas. Dari fase grup, Dortmund tidak terkalahkan. Mereka menjadi dinamit untuk Manchester City, Ajax Amsterdam dan juga Real Madrid.
Kloop juga pelatih dengan resep hebat: percaya pemain muda, friendly-coach sekaligus motivator ulung. “Dia bisa tertawa terbahak-bahak bersama kami di luar lapangan. Tapi kalau sudah main dia menuntut kami 100 persen,” ujar Nuri.
Masih beberapa hari lagi. Tapi semua kita pasti sudah tidak sabar juga menanti ledakan berikut Dortmund.
Source: http://www.supersoccer.co.id/sepakbola-internasional/dinamit-dortmund/